Attachment (kelekatan) adalah sebuah ikatan emosional yang dibentuk oleh individu dengan individu lain (Ainsworth dalam Hetherington dan Parke, 2001). Dalam hal ini, kelekatan yang dimaksud adalah kelekatan antara anak dengan pengasuh (orang tua). Kelekatan yang muncul antara anak dengan pengasuh sudah terbentuk sejak anak berumur 0 bulan (Cenceng, 2015). Kelekatan didukung oleh pengasuh yang mampu dan tanggap untuk memenuhi kebutuhan fisik dan emosi anak, serta menyediakan lingkungan yang aman (American Professional Society on the Abuse of Children, 2006). Namun, bagaimana jika anak tidak memiliki bentuk ikatan emosional tersebut? Terdapat kemungkinan anak akan menderita Reactive Attachment Disorder.
Reactive Attachment Disorder (RAD) adalah sebuah bentuk gangguan interaksi dan hubungan sosial yang disebabkan oleh pengasuhan yang tidak memadai, sehingga menghalangi ikatan emosional yang akan terbentuk antara anak dengan pengasuhnya. Dalam DSM-V dijelaskan bahwa gangguan RAD merupakan sebuah gangguan yang berkaitan dengan stress dan trauma. Gangguan ini terpapar oleh peristiwa traumatis dan penuh stres yang menyebabkan tekanan psikologis. Terdapat beberapa faktor risiko yang menyebabkan seorang anak mengalami RAD, antara lain:
Kondisi Keluarga yang Tidak Memadai
Anak-anak yang memiliki orang tua bermasalah, seperti pecandu narkoba, alcoholics, atau mempunyai penyakit/kelainan mental, berpotensi memiliki gangguan RAD. Hal ini disebabkan karena kondisi emosional orang tua yang tidak memadai untuk memenuhi atau merespons kebutuhan anak (Minnis, Marwick, Arthur, & McLaughlin, 2006). Anak-anak dengan orang tua bermasalah, biasanya dialihkan ke pengasuh yang lain, baik keluarga, tempat penitipan anak, maupun dinas sosial anak. Hal ini menyebabkan anak tidak mampu untuk membangun ikatan emosional karena tidak memiliki pengasuh utama yang tetap.
Memiliki Pengalaman Traumatis
Anak-anak yang diabaikan, mendapat kekerasan fisik maupun seksual, atau ditinggalkan oleh orang tuanya cenderung memiliki risiko memiliki gangguan RAD. Hal ini dapat terjadi karena anak-anak memiliki pengalaman yang membuat mereka trauma, sehingga secara tidak sadar, mereka membangun dinding untuk orang-orang yang ada di sekelilingnya, seperti menimbulkan rasa tidak percaya dan ketakutan (Gail, 2008).
Anak Tidak Mendapat Respons
Biasanya orang tua akan merespons saat anak menangis, entah karena lapar, buang air besar/kecil, atau yang lainnya. Ketika anak tidak mendapatkan respons atau diabaikan oleh orang tua, maka akan terbentuk pikiran jika anak tidak dapat bergantung kepada orang lain karena pengabaian yang dilakukan secara terus-menerus, sehingga anak tidak mendapatkan rasa aman dan nyaman yang seharusnya mereka dapatkan.
(Smith, Robinson, Saisan, & Segal, 2020)
Anak-anak yang memiliki gangguan RAD, biasanya memiliki gejala-gejala tertentu, seperti:
- Memiliki kemungkinan lebih kecil untuk berinteraksi dengan orang lain. Hal ini dapat disebabkan karena trauma atau memiliki pengalaman negatif dengan orang dewasa.
- Mengalami kesulitan untuk menenangkan diri saat stres dan tidak mencari kenyamanan dari pengasuhnya saat mereka kesal (pada umumnya anak-anak akan mencari perhatian pengasuh pada saat mereka kesal).
- Memiliki sedikit atau tidak terlihat memiliki emosi saat berinteraksi dengan orang lain.
(American Academy of Child and Adolescent Psychiatry, 2014)
Jika pengasuh menemukan gejala pada anak dapat segera berkonsultasi kepada psikolog/psikiater. Penanganan yang dilakukan berupa terapi baik untuk pengasuh maupun anak. Adapun jenis terapi yang dapat diberikan, seperti:
Terapi Keluarga
Terapi ini dilakukan untuk anak dan pengasuhnya. Di dalam terapi ini biasanya meliputi aktivitas yang dapat meningkatkan kelekatan anak dengan pengasuhnya, serta membantu orang tua memahami simtom RAD.
Play Therapy
Terapi ini membantu anak untuk belajar tentang kemampuan dan cara yang pantas dalam berinteraksi dengan teman serta dalam menangani situasi yang terjadi di sekitarnya.
Kelas Parenting
Terapi ini berfokus kepada orang tua atau pengasuh dalam mempelajari hal-hal terkait attachment disorder dan belajar tentang keterampilan parenting yang dibutuhkan (misalnya, cara menangani tantrum anak, cara menumbuhkan rasa aman dan nyaman kepada anak, dll).
(Smith, Robinson, Saisan, & Segal, 2020)
Jika anak-anak dengan RAD tidak segera diberikan penanganan, dikhawatirkan akan berdampak pada perkembangan emosi dan sosial anak. Sehingga penanganan yang tepat sangat dibutuhkan dalam menghadapi hal ini.
References
American Academy of Child and Adolescent Psychiatry. (2014). “Attachment Disorder”. (https://www.aacap.org/AACAP/Families_and_Youth/Facts_for_Families/FFF-Guide/Attachment-Disorder-085.aspx)
American Professional Society on the Abuse of Children. (2006). “Report of the Task Force on Attachment Therapy, Reactive Attachment Disorder, and Attachment Problems”. Child Maltreatment, 11, 76—89.
Ceceng. (2015). “Perilaku Kelekatan pada Anak Usia Dini (Perspektif John Bowlby). Lentera, 21(2), 141—153.
Hetherington, E.M, Parke R.D., (Ed). (2001). Child Psychology: A Contemporary View Development Fifth Edition”. Mc Graw: Hill College.
Hornor, Gail. (2008). “Reactive Attachment Disorder”. Journal of Pediatric Health Care, 22(4), 234—239 (DOI: 10.1016/j.pedhc.2007.07.003).
Minnis, H., Marwick, H., Arthur. J., & McLaughlin, A. (2006). “Reactive Attachment Disorder: A Theoretical Model Beyond Attachment”. European Child & Adolescent Psychiatry, 15, 336—342.
Novitasari, Hesty, Sasanti Juniar. “Reactive Attachment Disorder”. (http://journal.unair.ac.id/download-fullpapers-pjs9344c0e768full.pdf)
Smith, M., Robinson, L., Saisan, J., & Segal, J. (2020). “Reactive Attachment Disorder (RAD) and Other Attachment Issues”. HelpGuide.org (https://www.helpguide.org/articles/parenting-family/attachment-issues-and-reactive-attachment-disorders.htm)