Skip to content

Anak Mudah Sekali Akrab dengan Orang Lain? Waspada Sindrom DSE

Anak-anak biasanya tidak mudah untuk akrab dan cenderung takut dengan orang asing, meskipun ada juga tipe anak yang mudah bergaul. Namun, orang tua perlu hati-hati jika anak sangat mudah akrab dengan orang asing karena bisa jadi anak mengalami salah satu dari attachment disorder yaitu sindrom DSE. Perlu menjadi catatan  bahwa tidak semua anak yang mudah akrab dan tidak takut dengan orang asing mengalami sindrom DSE ya Parents dan sindrom DSE ini banyak dialami pada anak-anak di panti asuhan. 

Lalu, apa itu sindrom DSE dan bagaimana ciri-ciri serta cara menanganinya ? baca terus artikel berikut ini ya

Disinhibited Social Engagement Disorder atau sindrom DSE yang dalam bahasa Indonesia disebut gangguan pelibatan sosial tanpa hambatan adalah kondisi yang terjadi karena anak kurang mendapatkan pengasuhan dan kasih sayang dari orang tua atau pengasuhnya sehingga  anak-anak menjadi mudah sekali bergaul dan merasa nyaman dengan orang asing, mudah untuk diajak atau mudah menerima barang pemberian orang asing. 

Anak-anak dengan DSED tidak tampak ketakutan saat pertama kali bertemu dengan seseorang. Tidak seperti anak kecil lainnya yang masih malu ketika bertemu orang asing, anak dengan DSE tidak ragu untuk menghampiri orang asing, mengajaknya berbicara, atau bahkan memeluk mereka dan menerima barang pemberian orang asing. Sindrom DSE biasanya terjadi pada usia  4 hingga 12 tahun yang disebabkan karena pola pengasuhan yang membuat anak menjadi kurang terikat dengan orang tua atau pengasuhnya seperti pengasuhan yang menyebabkan tidak terpenuhinya kebutuhan emosional dasar pada anak seperti rasa nyaman dan kasih sayang yang biasanya terjadi karena pengabaian dan pola asuh yang berubah-ubah seperti kadang memberikan kasih sayang, namun tak jarang juga melukai anak seperti membentak, menghina, dan merendahkan anak.

anak attachment disorder DSE
image source: www.freepik.com

Apakah semua anak berpotensi mengalami sindrom DSE ? 

Semua anak memiliki potensi mengalami sindrom DSE apabila mereka memiliki riwayat diabaikan dalam pengasuhannya oleh orang tua atau pengasuh. Namun, sindrom DSE banyak ditemukan pada anak-anak di panti asuhan karena mereka mengalami pengabaian yang lebih besar. Penelitian yang dilakukan oleh Dozier, dkk., yang juga sama dengan penelitian yang dilakukan Jamie M. Lawler, dkk., menunjukkan bahwa 20% anak yang tinggal di panti asuhan mengalami DSE. Penelitian keduanya memiliki hasil yang sama bahwa lama seseorang tinggal di panti asuhan dan kualitas pengasuhan yang buruk dapat meningkatkan sindrom DSE.  

Bagaimana cara mengetahui apakah seorang anak mengalami sindrom DSE ? 

Menurut kamus gangguan mental yaitu Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM) – V, sindrom DSE memiliki tanda – tanda berikut ini : 

  1. Biasanya, anak cenderung malu-malu saat bertemu orang baru. Namun, anak dengan DSE tidak memiliki rasa enggan dalam mendekati dan berinteraksi dengan orang dewasa yang tidak dikenal 
  2. Anak dengan DSE tidak malu-malu untuk berinteraksi secara verbal maupun fisik dengan orang yang tidak terlalu dia kenal, seperti tidak malu untuk memeluk orang yang tidak dia kenal dan perilaku itu tidak sesuai dengan perilaku anak seusianya ketika bertemu dengan orang baru. 
  3. Ketika sedang keluar rumah dan berinteraksi dengan orang baru seperti dalam pertemuan atau pesta, anak akan cenderung merengek dan mencari orang tua ketika dia menyadari orang tua tidak berada di dekatnya. Namun, anak dengan DSE tidak memiliki minat atau bahkan tidak terpikir untuk mencari pengasuh atau orang tuanya 
  4. Pada umumnya, anak akan ragu-ragu ketika diajak pergi oleh orang yang tidak dikenalnya. Sedangkan anak dengan DSE akan mudahh untuk menerima ajakan itu tanpa merasa ragu. 

 

Gejala sindrom DSE ini dapat berlanjut hingga masa remaja, tetapi tidak bertahan hingga dewasa dan seorang anak bisa didiagnosis mengalami sindrom DSE setelah mengalami gejalanya selama  lebih dari 12 bulan. Bahayanya sindrom DSE ini, bisa membuat anak mudah merasa nyaman dengan orang asing, tidak tahu dan tidak berhati-hati dalam membedakan mana orang baik atau orang yang mungkin memiliki rencana jahat, dan berisiko mengalami kasus penculikan anak. 

Ingat untuk tidak melakukan self diagnose ya, karena hanya psikolog atau psikiater yang bisa dan boleh melakukan diagnosa untuk menentukan apakah seseorang mengalami gangguan mental. Jika orang tua mulai menyadari atau melihat tanda-tanda sindrom DSE pada anak, maka jangan ragu untuk membawa ke psikolog atau psikiater untuk memastikan hal itu.  Psikiater atau psikolog  akan melibatkan anak dan keluarga dalam proses terapi sindrom DSE yang berfokus pada pemahaman dan penguatan hubungan antara anak dan orang tua atau pengasuhnya. Tanpa terapi, sindrom DSE ini akan memperparah kondisi dan mempengaruhi perkembangan sosial (menjalin hubungan sehat dengan sesama), serta emosional anak di masa yang akan datang.

References

Disinhibited Social Engagement Disorder. Center. Handout #7 : Understanding Reactive Attachment. The Pennsylvania Child Welfare Resource. Page 1. 

American Psychiatric Association. Desk Reference to The Diagnostic Criteria from DSM–5 

Facts for Families : Attachment Disorders. American Academy of Child and Adolescent Psychiatry. 2014

Maria G Kroupina, Rowena Ng, Claire M Dahl, Ann Nakitende, Kathryn C Elison MSW. 2018. Identifying Reactive Attachment Disorder (RAD) and Disinhibited Social Engagement Disorder (DSED) in a clinical sample of high risk children. Volume 9. Issue 3. Halaman 249 – 253

Jamie M Lawler, Kalsea J Koss, Colleen M Doyle, Megan R Gunnar. 2016. The course of early disinhibited social engagement among post-institutionalized adopted children. 57(10)

Like This

Share This

Share on facebook
Share on twitter
Share on linkedin
Share on pinterest
Share on whatsapp