Skip to content

Secure Attachment, Pola Penting dalam Pengasuhan Anak Usia 1-5 Tahun

Kualitas hubungan antara orang tua dengan anak menjadi salah satu faktor yang paling berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak. Hubungan antara orang tua dan anak biasanya disebut sebagai attachment, ada juga yang menyebutnya sebagai bonding

Sebenarnya kedua hal tersebut sedikit berbeda, attachment digunakan untuk menyebutkan hubungan yang dibangun antara anak dengan orangtua atau pengasuhnya selama jangka waktu tertentu, terjadi sejak anak lahir yang meliputi pencurahan perhatian, hubungan emosi dan fisik yang akrab. Sedangkan bonding disebut untuk menjelaskan dimulainya interaksi emosi dan sensorik fisik atau sentuhan seperti memberi ASI dan menggendong anak segera setelah dia lahir.  

Nah, pola attachment atau  hubungan antara orangtua dengan anak ini akan berpengaruh pada cara anak dalam berinteraksi dengan orang lain di masa depannya yang kemudian dibagi menjadi dua yaitu secure attachment dan insecure attachment. Secure attachment adalah respon orangtua dan hubungan yang positif antara orang tua dan anak sehingga anak percaya bahwa orangtua selalu ada saat dibutuhkan, merasa aman dan nyaman dengan orangtua. Hal itu ditandai dengan anak yang merespons dengan senang hati ketika berinteraksi dengan orang tua, aktif dan percaya diri mengeksplorasi lingkungan sekitar, serta tidak segan untuk menghampiri orang tua ketika ingin menceritakan permasalahannya.  

Sebaliknya, insecure attachment adalah hubungan yang tidak aman, dan digolongkan menjadi beberapa jenis yaitu : 

Disorganized Attachment 

Hal ini terjadi ketika seorang anak mendapatkan respon negatif dari orang tua seperti dibentak, dipukul, diabaikan, dikritik   yang kemudian membuat anak  merasa takut akan hidupnya. Sehingga, ketika anak memiliki masalah dan ingin datang ke orang tuanya untuk mencari perlindungan cenderung  mereka urungkan karena mereka memiliki pengalaman yang  mengajarkan kepada mereka  bahwa orang tuanya tidak aman.

Avoidant Attachment 

Anak merasa tidak percaya diri saat akan berkomunikasi dengan orang tuanya karena anak mendapatkan pengalaman pada saat berinteraksi cenderung tidak direspon oleh orang tua. Hal ini dapat berpengaruh kepada kemampuan anak bersosialisasi, seperti: berperilaku seolah-olah tidak membutuhkan pertolongan orang lain, menolak meminta bantuan orang lain, dan merasa ragu ketika berada dalam hubungan yang romantis. Hal itu terjadi karena pada masa kecil anak mengalami penolakan atau mungkin pengabaian dari orang tuanya.

Ambivalent  Attachment 

Respon orangtua yang berganti-ganti juga bisa menjadi insecure attachment seperti terkadang orang tua menunjukkan kasih sayang dan kepedulian kepada anak, namun terkadang juga mengancam atau membuat takut anak. 

Bentuk kelekatan ini  juga terjadi pada anak yang memiliki dua pengasuh dengan  perilaku attachment berbeda. Pengasuh pertama penyayang, namun pengasuh lain justru membuat anak takut. Hal tersebut juga akan membuat anak merasa takut mendekati orangtua atau pengasuh karena anak  tidak dapat memprediksi apakah mereka akan merespons secara positif (misalnya dengan pelukan) atau negatif (misalnya berteriak, memukul).

Cheerful Family
image source: www.freepik.com

Pola asuh secure attachment sangat penting untuk diterapkan, selain tidak melukai perkembangan anak, pola asuh secure attachment akan membuat anak : 

Lebih mampu menangani tugas yang sulit, tidak cepat putus asa dan mandiri  

Gaya komunikasi yang positif dan mendukung pada  orang tua membuat anak percaya pada kemampuan diri dan percaya bahwa orang tua ada untuknya 

Anak menjadi lebih percaya diri untuk belajar dan mengeksplorasi lingkungan mereka 

Orang tua yang menerapkan secure attachment, seperti tidak mudah memarahi, memberi kepercayaan pada anak,, serta menghargai anak, akan memberikan rasa aman dan percaya diri pada anak untuk belajar dan mengeksplorasi lingkungan mereka. 

Mampu berinteraksi sosial secara lebih positif 

Hubungan yang hangat dan aman dari orang tua akan dijadikan contoh oleh anak ketika mereka berinteraksi dengan orang lain 

Menjadi lebih stabil secara emosi, mampu mengekspresikan serta mengatur perasaannya dengan baik 

Hal ini dapat terjadi karena dalam perkembangannya orang tua telah membantu anak melabeli emosi yang dirasakannya dan  anak menyadari bahwa setiap perasaan memiliki nama, serta dapat mendiskusikannya dengan orang lain, sehingga anak mampu melakukan sesuatu untuk mengatasi perasaan tersebut.  

Menurut Amrsden dan Greenberg ada tiga aspek yang berfungsi untuk membentuk secure attachment yaitu : 

1. Trust (kepercayaan) 

Secure attachment, orang tua akan membuat anak merasa percaya bawah orangtua akan selalu ada jika dibutuhkan. 

2. Communication (komunikasi)

Orangtua yang menerapkan secure attachment akan menunjukkan sikap baik dan hangat ketika berkomunikasi dan merespon emosi yang ditunjukkan oleh anak sehingga anak merasa aman, nyaman, kemudian terbuka untuk membicarakan masalahnya. Misalnya, ketika anak bermain paper cut dan tangannya terluka, maka sebaiknya orang tua merespon seperti ‘oke gapapa, sakit ya ? sini diobati dulu, lain kali kalau bermain hati-hati ya’ atau sambil menawarkan alternatif permainan atau alat lain yang lebih aman, daripada ‘kan tadi sudah dibilangin jangan bermain paper cut nggak menurut sih’ karena itu akan membuat anak terluka dua kali (terluka karena terkena paper cut dan terluka karena dimarahi). 

3. Alienation (pengasingan)

Pengasingan terjadi ketika orang tua kurang responsif pada anak, memberikan respon penolakan pada anak, dan tidak memberikan kepercayaan pada anak atas apa yang anak lakukan sehingga menciptakan kelekatan yang tidak aman atau insecure attachment dengan anak. Orang Tua yang menerapkan secure attachment akan menerima apapun keadaan anak sehingga anak merasa dicintai, dihargai, dan diperhatikan. 

Nah, berikut ini adalah 3 cara yang bisa dilakukan orangtua untuk membangun secure attachment dengan anak : 

  • Orangtua ada untuk anak 

Tidak sedikit orang tua yang terlalu sibuk bekerja maupun melakukan aktivitas lain sehingga minim sekali waktu untuk bertemu dengan anak. Cara agar bisa membangun secure attachment adalah dengan mengatur waktu agar bisa bertemu secara fisik dengan anak, bahkan tidak hanya hadir secara fisik, orang tua perlu untuk terlibat secara mental dan memperhatikan anak-anak, sehingga anak tidak merasa kehilangan orangtua. 

  • Hati-hati dengan memaksakan aktivitas tertentu saat bermain dengan anak 

Terkadang muncul perasaan gemas orang tua ketika sedang bermain dengan anak, seperti ketika anak memberi warna pohon dengan warna biru, tak jarang orangtua yang memprotes dengan menyalahkan anak karena tidak ada pohon berwarna biru. 

Meskipun orangtua bisa jadi benar, namun hal itu bisa membatasi ruang gerak anak dalam berimajinasi. Jadi, selama masih tidak berbahaya ada baiknya orang tua tidak membatasi ruang gerak anak atau orangtua bisa menyampaikan alasannya ketika melarang anak. 

  • Memberikan respon yang hangat, positif dan peduli saat berinteraksi dengan anak 

Ada masa anak menjadi sangat cerewet dan banyak bertanya, masa ini membutuhkan kesabaran ekstra bagi para orangtua karena orang tua menjadi mudah  tersulut emosi.  Orangtua diharapkan  mencoba dan berlatih memberikan respon hangat dan positif karena masa ini adalah masa rentan anak mengalami kekerasan secara verbal yang tidak jarang menimbulkan rasa tertolak. 

Dari hal tersebut insecure attachment dapat muncul dan membuat anak menjadi takut untuk bertanya atau mencoba hal baru karena takut dimarahi orangtua. Alhasil perkembangan anak terhambat.   

Fase perkembangan anak tidak akan dapat diulang kembali. Manfaatkan waktu untuk mencintai dan membangun hubungan yang lekat  dengan anak karena hal itu akan menjadi pondasi kuat bagi  aspek-aspek kehidupan anak di masa yang akan datang.

References

Sean Brotherson. 2005. Understanding Attachment in Young Children. Family Science Specialist NDSU Extension Service. North Dakota : North Dakota State University Forgo. 

Sean Brotherson. 2009. Keys to Building Attachment with Young Children. Family Science Specialist NDSU Extension Service. North Dakota : North Dakota State University Forgo.

Candra, Ifani. Ulya Leona, Khansa. 2019. Hubungan Antara Secure Attachment dengan Kemandirian pada Siswa Kelas XI SMA/MA Ar-Risalah Padang. Volume 12, Nomor 2. Halaman 144 – 154

Hasmawati, Nur. Hasanati, Nida. 2018. Perbedaan Tingkat Kelekatan dan Kemandirian Mahasiswa Ditinjau dari Jenis Kelamin. Volume 3, Nomor 1. Halaman 1-11

Faizul Mutmainah. 2016. Skripsi : Pengaruh Secure Attachment Terhadap Kemandirian Anak Usia Dini di RA Muslimat NU 1 Belung Poncokusumo Malang 

Lia Sari, Suci. Devianti, Rika. Safitri, Nur’aini. 2018. Kelekatan Orang Tua untuk Pembentukan Karakter Anak. Volume 1 Nomor 1. Halaman 17 – 31

Like This

Share This

Share on facebook
Share on twitter
Share on linkedin
Share on pinterest
Share on whatsapp