Skip to content

Menjaga Work-Life Balance Selama Work from Home

Keharusan bekerja dari rumah atau work from home (WFH) pada berbagai bidang pekerjaan meningkat setelah adanya pandemi. Masyarakat yang sebelumnya terbiasa bekerja dari kantor pun perlu menyesuaikan diri dengan WFH. Apakah Anda termasuk salah satunya yang bekerja secara WFH?

WFH memunculkan berbagai perubahan dalam gaya bekerja. Dengan adanya WFH, pekerjaan dapat dilakukan dengan lebih fleksibel dan Anda bisa meluangkan waktu lebih banyak bersama orang-orang terkasih di rumah. Namun, WFH juga membawa sejumlah tantangan, seperti kurang jelasnya batasan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi [1]. Hal ini menandakan adanya gangguan dalam work-life balance (WLB).

WLB adalah istilah untuk mendeskripsikan keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi. WLB merupakan persepsi individu bahwa aktivitas kerja dan non-kerja selaras dan mendorong pertumbuhan sesuai dengan prioritas hidup individu saat ini [2]. Ada pun tanda-tanda bahwa individu memiliki WLB yang kurang baik yaitu [3]:

1. Kelelahan

Ketika individu bekerja selama berjam-jam dan gagal menetapkan batasan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi, individu akhirnya dapat mengalami kelelahan fisik dan mental. Akibatnya, kemampuan untuk berpikir jernih dan kecekatan dalam bekerja menjadi terganggu, sehingga individu tersebut kurang produktif dan lebih sering membuat kesalahan.

2. Melewatkan momen penting

Ketika individu gagal menetapkan batasan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi termasuk rumah tangganya, ia dapat melewatkan berbagai momen istimewa bersama keluarga seperti ulang tahun dan hari jadi pernikahan. Dalam konteks WFH, bisa jadi ia berada di rumah bersama keluarganya tetapi ia masih memikirkan pekerjaannya sehingga tidak dapat benar-benar menikmati momen tersebut.

3. Hubungan pertemanan yang kurang berkualitas

Ketika individu menghabiskan lebih banyak waktunya untuk berfokus pada karir, ia cenderung tidak meluangkan waktu untuk menjalin hubungan pertemanan yang berkualitas. Padahal, teman berperan sebagai support system yang menjadi kunci untuk memiliki keseimbangan dalam hidup.

Dalam konteks WFH, hal ini kemungkinan akan lebih parah karena individu terbatasi untuk bertemu langsung dengan teman-temannya, sehingga diperlukan inisiatif lebih tinggi dalam membina hubungan pertemanan.

4. Meningkatnya beban kerja

Ketika individu diberi beban kerja yang lebih banyak atau suatu tanggung jawab baru, ia harus menghabiskan lebih banyak waktu untuk mengerjakan pekerjaan tersebut. Waktu yang diluangkan untuk kehidupan pribadi pun bisa jadi berkurang.

 

Tips menjaga Work-Life Balance selama WFH

Dari penjelasan tersebut, maka penting bagi individu untuk senantiasa menjaga WLB. Beberapa tips untuk menjaga WLB selama WFH antara lain yaitu [1] [4]:

Membuat area kerja khusus

Bekerja di rumah mengharuskan individu bekerja di tempat yang sama dengan tempat ia biasa beristirahat. Hal ini bisa membuat individu lebih santai dalam bekerja dan sering beristirahat sehingga kinerjanya pun menjadi lebih lambat dan pekerjaan tidak dapat diselesaikan tepat waktu.

Oleh karena itu, membuat tempat kerja khusus dengan setting ruangan yang dibuat semirip mungkin dengan kantor mungkin dapat menjadi alternatif untuk lebih produktif dalam bekerja. Anda bisa menggunakan ruangan tertentu atau mengatur suatu area khusus yang hanya berisi peralatan-peralatan yang diperlukan untuk bekerja.

Focused Dad WFH
image source: www.freepik.com

Membatasi pemakaian gadget untuk bekerja

Selama WFH, individu akan lebih sering bekerja secara daring yang mengharuskan ia menggunakan gadget-nya. Hal ini dapat mendorong bercampurnya urusan pekerjaan dan kehidupan pribadi. Gadget yang biasanya digunakan untuk berkomunikasi dengan keluarga dan teman-teman atau sekadar menghilangkan penat menjadi dipenuhi oleh urusan pekerjaan bahkan ketika sudah di luar jam kerja.

Untuk itu, diperlukan adanya pembatasan pemakaian gadget untuk bekerja. Misalnya, ketika sudah di luar jam kerja, Anda bisa mematikan notifikasi e-mail atau grup kantor. Anda tidak harus selalu membalas dengan cepat e-mail atau pesan yang berhubungan dengan pekerjaan, kecuali apabila sangat genting.

Mengatur jadwal bekerja

Ketika bekerja di rumah, individu cenderung lebih fleksibel dalam bekerja dan terkadang tidak sesuai dengan jam kerja yang seharusnya. Hal ini membuat jam kerja menjadi molor dan waktu untuk berfokus pada keluarga serta beristirahat menjadi terganggu. Oleh karena itu, ada baiknya Anda membuat jadwal bekerja yang rutin sehingga batasan waktu antara pekerjaan dan kehidupan pribadi bisa lebih jelas.

Menetapkan target pekerjaan

Dengan menetapkan target pekerjaan yang harus diselesaikan setiap harinya, Anda tidak akan kebingungan lagi dalam menentukan prioritas pekerjaan yang harus dilakukan lebih dulu. Saat menetapkan target tersebut, Anda perlu memperhatikan beban kerja dan kemampuan Anda. Jangan sampai menetapkan target yang terlalu sulit untuk dicapai, karena Anda juga memerlukan istirahat yang cukup.

Berkomunikasi secara rutin dengan rekan kerja

Dukungan dari rekan kerja merupakan salah satu faktor terciptanya WLB [5]. Berkomunikasi secara rutin dengan rekan kerja dapat membuat Anda merasa lebih terhubung dengan orang lain dan tidak merasa sendirian dalam bekerja. Semakin Anda merasa terhubung dengan orang lain, Anda akan semakin merasa puas bekerja dari rumah. Apabila Anda membutuhkan nasihat atau bantuan dalam pekerjaan Anda, Anda dapat meminta bantuan dari rekan kerja. Ada baiknya Anda meminta bantuan di awal hari atau awal minggu sehingga rekan kerja Anda bisa mengalokasikan waktu untuk membantu Anda dengan lebih nyaman. Dengan begini, Anda pun dapat terbantu dalam menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan Anda sehingga lebih efisien dan cepat selesai.

Membuat kesepakatan dengan orang-orang di rumah

Terkadang, orang-orang di rumah dapat menjadi distraksi saat jam kerja yang membuat individu menunda pekerjaannya. Saat bekerja dari rumah, fokus Anda mungkin akan terbagi antara pekerjaan dengan tugas-tugas rumah tangga seperti menyiapkan makanan, membersihkan rumah, dan mengurus anak.

Oleh karena itu, Anda dapat membuat kesepakatan dengan keluarga Anda terkait pembagian tugas di rumah serta waktu untuk melaksanakannya. Misalnya, Anda sepakat untuk membersihkan rumah setiap pukul lima sore setelah jam kerja dan pasangan Anda sepakat untuk membuat sarapan setiap pagi sebelum jam kerja. Selain itu, mungkin Anda juga bisa membuat kesepakatan untuk sarapan dan makan malam atau menonton televisi bersama sekeluarga pada waktu-waktu tertentu. Dengan begini, batasan waktu untuk bekerja dan untuk keluarga dapat menjadi lebih jelas.

Mengingat pentingnya menjaga WLB, Anda dapat mencoba menerapkan tips-tips di atas saat menjalankan WFH. Selamat mempraktekkan dan semoga artikel ini bermanfaat!

References

[1] Rudnicka, A., Newbold, J. W., Cook, D., Cecchinato, M. E., Gould, S., & Cox, A. L. (2020, August). Eworklife: developing effective strategies for remote working during the COVID-19 pandemic. In Eworklife: developing effective strategies for remote working during the COVID-19 pandemic. The New Future of Work Online Symposium.

[2] Kalliath, T., & Brough, P. (2008). Work-life balance: A review of the meaning of the balance construct. Journal of Management & Organization, 14(3), 323-327.

[3] Ross, D. S., & Vasantha, S. (2014). A conceptual study on impact of stress on work-life balance. Sai Om Journal of Commerce & Management, 1(2), 61-65.

[4] Lopez-Leon, S., Forero, D. A., & Ruiz-Diaz, P. (2020). Recommendations for working from home during the pandemic (and Beyond). Work, (Peprint), 1-5.

[5] Oludayo, A. O., & Omonijo, D. O. (2020). Work-life Balance: Relevance of Social Support. Academy of Strategic Management Journal, 9(3), 1-10.

Like This

Share This

Share on facebook
Share on twitter
Share on linkedin
Share on pinterest
Share on whatsapp