Skip to content

Kecanduan Media Sosial? Hati-Hati Fear of Missing Out
Begini Solusinya

Era digital, semua orang menjadi sangat lebih mudah untuk mengetahui apa yang sedang dilakukan orang lain, kabar orang lain, dan apapun yang baru dari orang lain. Apalagi, di masa pandemi ini hampir semua pekerjaan dilakukan secara online seperti kuliah online, kerja online, belanja online, sehingga tingkat penggunaan gadget dan media sosial menjadi lebih besar. Tapi… 

Pernahkah kamu merasa sangat ingin tahu aktivitas teman – temanmu melalui media sosial dan merasa cemas kalau tidak mengetahui aktivitas mereka ?

Atau pernahkah kamu merasa perlu untuk setiap saat membuka media sosial karena takut kalau kamu tertinggal suatu informasi ?”   

Menurut Oxford English Dictionary, Fear of Missing Out (FoMO) atau dalam bahasa Indonesia berarti ‘takut ketinggalan’ adalah perasaan cemas bahwa suatu peristiwa yang mengesankan atau menarik mungkin sedang terjadi di tempat lain, cemas karena merasa ‘ditinggal’ oleh momen itu, dan hal itu sering kali timbul karena melihat postingan orang lain di media sosial. Jadi, FoMo adalah perasaan gelisah, takut tertinggal informasi apabila teman-temannya sedang melakukan atau mengalami  sesuatu yang lebih menyenangkan daripada dirinya. 

Przybylski  mengatakan bahwa FoMO,  perasaan ingin selalu terhubung dengan apa yang dilakukan orang lain dapat meningkatkan mood negatif, menurunkan kepuasan hidup, menyebabkan kecemasan, stres, bahkan depresi. Penelitian yang dilakukan oleh Australian Psychological Society menunjukkan bahwa remaja lebih rentan mengalami FoMO dibandingkan kelompok orang dewasa.  

Bagi sebagian remaja, ternyata FoMO bukan hanya disebabkan oleh seberapa banyak waktu yang mereka habiskan untuk menggunakan media sosial tetapi hasil penelitian menunjukkan bahwa  penggunaan bermacam-macam media sosia lebih berpotensi menimbulkan FoMO pada seseorang. Jika mereka tidak mengecek media sosial,  akan timbul rasa cemas  karena mereka tidak mengetahui apa yang orang lain pikiran dan lakukan. Penelitian menunjukkan kecemasan pada  seseorang dengan FoMo akan berkurang setelah dirinya membuka media sosial. Lingkaran ini akan dianggap sebagai cara untuk ‘menyembuhkan’ dirinya dari FoMO. Padahal,  kesalahan penggunaan media sosial juga akan menimbulkan permasalahan. 

Kenapa ya kok orang bisa mengalami FoMO ? 

Menurut Przybylski, dkk FoMO terjadi karena tidak terpenuhinya kebutuhan psikologis seseorang akan  autonomy, competence, dan relatedness. Autonomy adalah kebutuhan seseorang untuk melakukan sesuatu yang memang diinginkan oleh diri sendiri, seperti kebutuhan akan kebebasan untuk menyampaikan pendapat dan melakukan inisiatifnya. Competence adalah kebutuhan akan perasaan yakin jika dirinya mampu untuk melakukan tugas secara efektif dan efisien seperti “meskipun pengalaman baru, tapi aku yakin kalau aku bisa mengerjakannya.” Sedangkan relatedness adalah kebutuhan untuk terhubung dengan orang lain. Ketika kebutuhan akan relatedness ini tidak terpenuhi, biasanya seseorang akan cenderung merasa kesepian. Dampak tidak terpenuhinya ketiga kebutuhan tersebut adalah perasaan gagal, sendiri, dan cemas.  

Hal itu senada dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Rizki Setiawan Akbar, dkk, yang menunjukkan bahwa orang dengan FoMO yang tinggi biasanya tidak memiliki kedekatan terhadap orang lain, merasa kurang nyaman terhadap dirinya sendiri, tidak mempunyai teman dekat di dunia nyata dan merasa bosan karena tidak ada pekerjaan.  Padahal kedekatan dengan orang lain adalah kebutuhan manusia dan menjadi salah satu sumber motivasi seseorang lho !. 

Social Media Addict
image source: www.freepik.com

Lalu, bagaimana cara kita agar terhindar dari Fear of Missing Out dan bisa menggunakan media sosial dengan bijak ? Begini caranya 

FoMO dapat dikurangi dengan pendekatan sosio-teknis, menggabungkan keterampilan teknis dan sosial, serta dengan memiliki literasi bagaimana media sosial itu didesain dan bagaimana interaksi sosial seharusnya terjadi. 

Menangani FoMO secara teknis 

FoMO dapat ditangani secara teknis lho! FoMO biasanya bisa timbul karena terlalu banyak akun yang kamu follow. Oleh karena itu, kamu bisa lebih menyaringnya. 

Melakukan kontrol diri bisa juga membantumu menangani FoMO 

Kontrol diri adalah usaha  untuk mengatur diri sendiri. Kontrol diri akan membuat seseorang mengubah cara berpikir, merasa, dan tingkah laku mereka. Kalau kamu merasakan gejala FoMO atau ada kebiasaan buruk yang ingin kamu hilangkan, saatnya kamu mengupayakan melakukan kontrol diri ya. Misalnya, dengan cara menahan diri untuk tidak membuka media sosial  jika tidak penting. 

Bergabung dengan  komunitas sesuai minat

Selain untuk menambah relasi, cara  ini juga akan membantu mengalihkan pikiran dari media sosial lho.  

Self talk 

Self talk adalah salah satu cara efektif untuk menahan diri dari godaan dan bisa membantumu melakukan kontrol diri. Ketika kamu merasa perlu membuka media sosial untuk ‘mengurangi’ rasa cemas akibat FoMO, kamu bisa menahannya dengan melakukan self talk. Kamu bisa mengatakan ‘tidak’ untuk membuka media sosial untuk mengurangi rasa cemas karena hal itu akan ‘menyembuhkan’ sesaat saja. 

Manajemen ekspektasi 

Salah satu hal penting yang dapat dilakukan untuk mengatasi FoMO adalah manajemen ekspektasi, karena ekspektasi yang tidak terpenuhi ternyata bisa menjadi sumber FoMO pada seseorang . Jadi yuk atur ekspektasimu agar tidak ‘sakit’ kalau tidak tercapai.   

Meningkatkan self-esteem 

Self esteem adalah evaluasi subjektif terhadap diri sendiri. Kalau seseorang merasa tidak terkenal karena tidak memiliki banyak likes pada postingan sesuai yang mereka harapkan, maka dapat menimbulkan stres dan rasa cemas.  Salah satu cara yang bisa kamu lakukan untuk meningkatkan self esteem adalah menulis jurnal bersyukur sebelum tidur. Tuliskan hal-hal positif yang sudah kamu lakukan pada hari itu dan berterimakasihlah pada diri sendiri.  

Semoga artikel ini bermanfaat ya ! Kamu bisa juga lho share artikel ini kepada teman-temanmu agar lebih banyak orang yang merasakan manfaatnya  

References

Masyitoh. Ifdhil. Ardi, Zadrian. 2020. Tingkat Kecenderungan FoMo (Fear of Missing Out) Pada Generasi Millenial. Vol. 1 No. 1. Halaman 1-4. 

Setiawan Akbar, Rizki. Aulya, Audry. Apsari, Adra. Sofia, Lisda. 2018. Ketakutan Akan Kehilangan Momen (FoMO) pada Remaja Kota Samarinda. Vol. 7, No. 2. Halaman 38-47

Franchina, Vittoria. Dkk. 2018. Fear of Missing Out as a Predictor of Problematic Social Media Use and Phubbing Behavior among Flemish Adolescents. Vol. 15. Halaman 1-18 

Aarif Alutaybi, dkk. 2020. Combating Fear of Missing Out (FoMO) on Social Media : The FoMO-R Method. No. 17. Halaman 1-28

Putri Wahyunindya, Biella. dkk. 2020. Kontrol Diri dengan Fear of Missing Out Terhadap Kecanduan Media Sosial pada Remaja Karang Taruna Bekasi Utara. Volume 5 Nomor 1. Halaman 51-58.

Like This

Share This

Share on facebook
Share on twitter
Share on linkedin
Share on pinterest
Share on whatsapp