Skip to content

Stres Akademik pada Remaja Selama Pandemi dan Peran Dukungan Orang Tua

Pandemi COVID-19 membawa perubahan dalam berbagai aspek kehidupan. Salah satu perubahan tersebut adalah pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di sekolah yang sistemnya diubah menjadi daring. Perubahan ini membuat siswa harus menyesuaikan diri dengan rutinitas belajar yang baru, seperti lebih sering menatap gadget, belajar dan mengerjakan tugas secara mandiri di rumah, serta mengurangi pertemuan dengan teman-teman sebaya. Siswa pun berpotensi mengalami stres akademik selama pembelajaran daring [1].

Siswa dengan rentang usia remaja rentan mengalami stres akademik. Hubungan dengan teman-teman sebaya merupakan suatu hal yang sangat penting bagi remaja. Melalui persahabatan yang mereka jalin dengan teman-temannya, remaja dapat memenuhi kebutuhan mereka atas kebersamaan, ketenteraman hati, dan intimasi [2]. Lebih dari itu, dukungan yang diperoleh dari teman sebaya juga mampu mengurangi stres akademik pada remaja [3]. Namun, keterbatasan untuk bertemu secara tatap muka dengan teman-teman sebaya selama pandemi tentu membuat dukungan dari teman sebaya tidak dapat mereka peroleh secara maksimal. Oleh karena itu, orang tua sebagai sosok yang lebih sering bertemu dengan anak remajanya di rumah memegang suatu peran penting dalam memberikan dukungan untuk mengisi kekosongan atau kurangnya peran teman sebaya.

Apabila Anda adalah orang tua dari anak remaja yang sedang bersekolah, ada baiknya Anda memahami pengertian stres akademik dan peran orang tua dalam membantu anak remaja mengatasi stres akademik terutama selama pembelajaran daring di masa pandemi ini.

 

Apa Itu Stres Akademik?

Stres akademik adalah tekanan yang dialami siswa akibat persepsi subjektif terhadap suatu kondisi akademik [4]. Tekanan tersebut dapat menghasilkan berbagai respons atau tanda-tanda negatif pada siswa. Stres akademik dapat muncul ketika harapan untuk meraih prestasi akademik meningkat, tetapi tidak sesuai dengan kemampuan yang dimiliki oleh siswa.

Stres akademik dapat disebabkan oleh berbagai stresor akademik, yaitu stresor terkait proses pembelajaran. Stresor-stresor tersebut misalnya tekanan untuk naik kelas, lamanya belajar, banyaknya tugas, rendahnya prestasi yang diperoleh, dan kecemasan ketika menghadapi ujian.

Adapun tanda-tanda stres akademik meliputi:

Tanda emosional

Adanya rasa gelisah, cemas, sedih karena tuntutan akademik, merasa harga dirinya menurun, dan merasa tidak mampu memenuhi tuntutan akademik. Tanda emosional sering dibarengi dengan perilaku mudah marah, mudah murung, dan mudah menangis.

Tanda perilaku

Adanya kecenderungan untuk menyendiri, ceroboh, menyalahkan orang lain, melamun, dan berjalan mondar-mandir.

Tanda fisik

Adanya keluhan sakit kepala, sakit punggung, sakit perut, jantung berdebar-debar, tubuh lemas, sulit menelan makanan, dan mudah lelah atau kehilangan energi untuk belajar.

Young Student Tired
image source: www.freepik.com

Peran Dukungan Orang Tua

Selama pandemi, remaja dituntut untuk menghabiskan lebih banyak waktu di rumah bersama keluarga, sehingga pertemuan dengan teman-teman sebaya terbatasi. Oleh karena itu, keluarga, termasuk orang tua, memiliki peran penting dalam memberi dukungan bagi anaknya yang sedang bersekolah supaya tidak mengalami stres akademik [1].

Bentuk-bentuk dukungan yang dapat diberikan orang tua misalnya [1] [5]:

1. Membantu memahami materi pelajaran

Sebagian besar remaja yang duduk di bangku SMP atau SMA harus menguasai materi yang lebih sulit daripada saat mereka SD dulu. Namun, selama pandemi, pembelajaran secara daring berpotensi membuat materi yang disampaikan oleh guru di sekolah menjadi kurang maksimal. Anda dapat mencoba membantu anak remaja Anda untuk memahami materi pelajaran. Apabila terdapat materi yang Anda sendiri tidak kuasai, Anda dapat membantu mencari sumber rujukan yang sesuai atau bertanya pada teman dan kolega Anda yang ahli di bidang tersebut. Sebenarnya, kehadiran Anda dan usaha Anda dalam membantu mengatasi kesulitan anak merupakan hal yang penting bagi mereka karena membuat mereka tidak merasa sendiri. 

2. Memberi asupan gizi yang cukup

Kecukupan makanan bergizi dapat membantu anak remaja Anda dalam menjaga stamina tubuh sekaligus meningkatkan konsentrasi ketika belajar. Ada baiknya Anda selalu memastikan anak remaja Anda makan secara teratur dan tepat waktu. 

3. Memberikan kehangatan emosional

Kebanyakan remaja merasa bahwa mereka sudah dapat bersikap dewasa meskipun sesungguhnya banyak hal yang masih belum mereka pahami. Ajaklah mereka mengobrol dari hati ke hati tanpa menghakimi. Mungkin Anda dapat memulai cerita mengenai diri Anda terlebih dahulu. Anda dapat mengawali dengan cerita-cerita ringan mengenai kegiatan Anda, harapan Anda hari ini, dan rasa syukur Anda. Pelan-pelan, hubungan hangat akan terjalin antara Anda dan anak. Dengan hubungan yang hangat secara emosional, maka remaja dapat lebih membuka diri pada orang tua terkait kesulitan-kesulitan yang dihadapinya, termasuk dalam hal belajar. 

4. Memahami kesulitan yang dihadapi

Setelah mengetahui kesulitan-kesulitan anak Anda dalam belajar, Anda dapat membantu mencari jalan keluar dari kesulitan tersebut. Namun, Anda juga perlu memahami bahwa ada kesulitan-kesulitan tertentu yang cukup dimaklumi saja. Misalnya, ketika anak Anda kurang menguasai suatu mata pelajaran meskipun Anda sudah membantunya dengan berbagai cara, Anda tidak perlu mendorongnya terlalu keras karena mungkin mata pelajaran itu memang bukan keunggulan dari anak Anda. Lebih dari itu, Anda dapat memberi motivasi bagi anak Anda untuk memaksimalkan performa mereka pada mata pelajaran yang mereka kuasai atau mereka sukai.

Selain untuk mengatasi stres akademik, memberi dukungan dan menjalin hubungan yang hangat dengan anak remaja juga diharapkan dapat meningkatkan kedekatan antara orang tua dan anak serta membangun hubungan keluarga yang lebih harmonis.

References

[1] Pajarianto, H., Kadir, A., Galugu, N., Sari, P., & Februanti, S. (2020). Study from Home in the Middle of the COVID-19 Pandemic: Analysis of Religiosity, Teacher, and Parents Support Against Academic Stress. Journal of Talent Development and Excellence12(2s), 1791-1807.

[2] Santrock, J. W. (2010). Life-Span Development. 13th Edition. New York: McGraw-Hill.

[3] Bariyyah, K. (2015). The Effectiveness of Peer-helping to Reduce Academic-Stress of Students. Addictive Disorders & Their Treatment14(4), 176-181.

[4] Barseli, M., Ifdil, I., & Nikmarijal, N. (2017). Konsep Stres Akademik Siswa. Jurnal Konseling dan Pendidikan5(3), 143-148.

[5] Luo, Y., Deng, Y., & Zhang, H. (2020). The influences of parental emotional warmth on the association between perceived teacher–student relationships and academic stress among middle school students in China. Children and Youth Services Review, 105014, 1-8.

Like This

Share This

Share on facebook
Share on twitter
Share on linkedin
Share on pinterest
Share on whatsapp