Depresi merupakan kondisi emosional yang biasanya ditandai dengan kesedihan mendalam, perasaan bersalah dan tidak berarti, kehilangan selera makan, serta kehilangan minat dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan depresi? Menurut Kaplan dan N. Hoeksema&Girgus (dalam Dirgayunita, 2016)terdapat beberapa faktor yang menyebabkan depresi, yaitu:
- Faktor Biologis
Dapat disebabkan oleh gangguan di otak serta penyakit fisik yang berkepanjangan juga dapat menyebabkan depresi.
- Faktor Psikologis/Kepribadian
Pemikiran irasional yang menyalahkan diri sendiri atas sesuatu yang terjadi, memiliki harga diri yang rendah, dan terus merenung atas suatu masalah tanpa adanya aktivitas untuk merubah situasi juga dapat menyebabkan seseorang mengalami depresi.
- Faktor Sosial
Faktor sosial dapat berupa kehilangan seseorang atau pekerjaan, trauma masa kecil, tuntutan peran sosial, bullying, kekerasan, maupun situasi sosial lainnya yang menyebabkan seseorang menjadi depresi.
Dalam kehidupan sehari-hari, seringkali muncul beberapa stigma mengenai orang yang mengalami depresi, misalnya orang yang mengalami depresi tidak mampu hidup dengan normal, tidak mampu bekerja, tidak mampu melakukan hubungan sosial, dan lain sebegainya. Stigma-stigma tersebut membuat orang yang mengalami depresi mengalami penurunan peluang hidup, penolakan untuk mencari bantuan karena takut dilabeli negatif, kesempatan kerja yang lebih sedikit, dan mengalami stigma diri.
Stigma-stigma yang muncul di masyarakat sangat merugikan orang yang mengalami depresi. Stigma juga dapat menghambat proses penyembuhan dan bahkan dapat memperparah tingkat depresi seseorang. Lalu bagaimana cara mengurangi stigma di masyarakat mengenai depresi? Dalam (Woll, 2007) disebutkan beberapa cara mengurangi stigma mengenai depresi di masyarakat, yaitu:
Gunakan Perkataan yang Baik
Baik disadari ataupun tidak, perkataan akan sangat berpengaruh untuk diri sendiri maupun orang lain. Contohnya saja, pelabelan yang diberikan pada seseorang akan berdampak pada cara pandang terhadap dirinya. Oleh karena itu, dimulai dari diri sendiri, kita bisa menggunakan perkataan yang baik dan mulai mengubah perkataan negatif menjadi perkataan yang positif.
Mengambil Peran dalam Pengurangan Stigma
Langkah awal yang bisa dilakukan untuk mengurangi stigma adalah dengan memahami, menghormati, dan tidak memberikan stigma kepada orang yang mengalami depresi. Selanjutnya, bisa dilakukan dengan menyebarkan informasi-infromasi mengenai anti stigma, melakukan kampanye anti stigma, dan lain sebagainya sesuai dengan minat dan kemampuan.
Memilih Strategi berdasarkan Efektivitasnya
Strategi pengurangan stigma yang pertama adalah dengan melakukan kontak langsung dengan orang-orang yang sudah berhasil mengelola gangguan depresi. Kedua, memberikan pendidikan dan informasi mengenai gangguan depresi, seperti gejala depresi, perawatan untuk orang yang mengalami depresi, serta cara pemulihannya. Infomasi ini dapat berupa materi tertulis, presentasi, ataupun informasi yang diberikan secara informal antar teman atau antar kolega. Kemudian jika kontak dan pendidikan gagal dilakukan sehingga stigma dan diskriminasi masih berlanjut, maka pilihan terkahir yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan protes.

Salah satu dampak yang ditimbulkan dari pemberian stigma oleh masyarakat terhadap seseorang adalah membuat orang yang menerima stigma tersebut melakukan stigma diri. Apa yang dimaksud dengan stigma diri? Merupakan kondisi dimana seseorang memandang bahwa dirinya memang sesuai dengan yang dikatakan oleh masyarakat. Cara untuk mengatasi stigma diri adalah dengan melawan stigma dan pandangan negatif terhadap diri agar kita mendapatkan kembali rasa positif dalam diri. Cara selanjutnya adalah dengan meningkatkan resiliensi agar mampu mengembangkan koping yang efektif dalam menghadapi kesulitan. Cara terakhir adalah dengan melakukan pemulihan harga diri, identitas, serta peran diri kita.
Mari bantu teman-teman yang mengalami depresi dengan cara tidak memberikan stigma!
Sumber
- Davidson, G. C., Neale, J. M., & Kring, A. M. (2014). Psikologi Abnormal Edisi Kesembilan (N. Fajar (ed.)). Rajawali Pers.
- Dirgayunita, A. (2016). Depresi: Ciri, Penyebab dan Penangannya. Journal An-Nafs: Kajian Penelitian Psikologi, 1(1), 1–14.
- Laderer, A. (2017). The Stigma of Depression. Talkspace.Com. https://www.talkspace.com/blog/the-stigma-of-depression/
- Utami, C. T., & Helmi, A. F. (2017). Self-Efficacy dan Resiliensi: Sebuah Tinjauan Meta-Analisis. Buletin Psikologi, 25(1), 54–65.
- Woll, P. (2007). Healing the Stigma of Depression: A Guide for Helping Professionals. Midwest AIDS Training and Education Center and The Great Lakes Addiction Technology Transfer Center Midwest.